Beritalk, Cianjur – Fenomena “Kabur aja dulu” atau keinginan untuk pindah kewarganegaraan nyatanya bukan cuma terjadi di Indonesia. Kondisi serupa juga terjadi di Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, kondisi serupa bahkan semakin nyata dengan ribuan warga negara Amerika yang memilih untuk meninggalkan tanah kelahirannya dan mencari “rumah baru” di negara lain, khususnya Inggris.
Dilansir dari The New York Times, sepanjang era kedua pemerintahan Presiden Donald Trump, yaitu dari tahun 2024 hingga Maret 2025, tercatat sebanyak 6.800 warga Amerika Serikat mengajukan permohonan untuk pindah kewarganegaraan, dengan Inggris sebagai negara tujuan utama.
Ini menjadi rekor tertinggi sejak 2004. Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Inggris mengungkapkan dari ribuan warga AS yang pindah sekitar 1931 warga yang mengajukan permohonan kewarganegaraan Inggris pada Januari hingga Maret 2025.
Sejumlah pengacara imigrasi di London mengaku keputusan banyaknya warga AS pindah ke Inggris tidak lepas dari situasi politik yang dianggap mengkhawatirkan.
Apalagi saat Donald Trump menjabat. Fenomena kabur aja dulu dari AS sebelumnya juga dilakukan oleh para ilmuwan di sana.
Pada 13 Maret 2025, jurnal Ilmiah Nature menerbitkan hasil jajak pendapat terhadap 168 ilmuwan yang berkarir di Amerika Serikat. Dari hasil itu terungkap bahwa tiga dari empat responden berniat untuk pindah negara.
Para ilmuwan AS kabur karena menganggap situasi di negeri Pamansam itu semakin tak nyaman serta tidak mendukung penelitian dan pengembangan.
Selain itu juga disebabkan oleh cobaan bertubi-tubi yang menimpa dunia pendidikan tinggi dan litbang AS.
Pekan lalu, pemerintah AS menghentikan sumbangan senilai 510 juta dolar Amerika Serikat untuk Universitas Brown.
Pemotongan dana menimpa perguruan-perguruan tinggi paling elit di Amerika Serikat.
Fenomena ini menandakan bahwa Amerika Serikat, yang dulu menjadi simbol impian dan kebebasan, kini justru mulai ditinggalkan oleh warganya sendiri karena alasan-alasan yang mendasar.
“Kabur aja dulu” versi Amerika ini memperlihatkan bahwa kondisi politik dan sosial suatu negara bisa sangat menentukan dalam menciptakan kenyamanan bagi warganya untuk tetap tinggal dan berkontribusi.
Kini, saat banyak warga dunia bermimpi bisa tinggal di AS, ribuan warga Amerika justru ingin pergi — sebuah ironi yang layak menjadi refleksi bagi semua negara, termasuk Indonesia.
Tinggalkan komentar