Tolak Mediasi Dunia, Thailand Pilih Hadapi Kamboja Sendiri di Tengah Bising Ledakan Perbatasan

Williani Putri

Juli 25, 2025

3
Min Read
Thailand Pilih Hadapi Kamboja
Thailand Pilih Hadapi Kamboja

On This Post

Beritalk, Cianjur – Di tengah gelombang kekhawatiran internasional, suara ledakan dan raungan kendaraan tempur kembali menggema di wilayah perbatasan Thailand-Kamboja.

Bentrokan yang meletus sejak Kamis, 24 Juli 2025, telah menempatkan kedua negara dalam krisis bersenjata terburuk mereka selama lebih dari satu dekade terakhir.

Namun alih-alih menyambut tangan-tangan perdamaian yang disodorkan komunitas global, Thailand justru memilih menolak mediasi dari negara-negara lain.

Konflik meledak di hari kedua (Jumat, 25 Juli 2025) saat Kamboja menghantam Thailand dengan artileri dan roket BM21. Thailand pun tak tinggal diam dengan mengirim tank dan jet tempur ke palagan konflik.

Namun saat Thailand dan Kamboja berada di ambang peperangan, Bangkok justru menolak tawaran mediasi dari negara lain.

Negeri Gajah Putih itu bersikuku, tak perlu pihak ketiga dan merasa konflik ini urusan dua negara saja. Apa yang sebenarnya terjadi di garis api perbatasan Thailand dan Kamboja?

Memasuki hari kedua adu tembak, sejumlah negara telah menawarkan bantuan untuk memfasilitasi dialog antara Thailand dan Kamboja.

Mereka adalah Amerika Serikat, Cina, dan ketua blok ASEAN tahun 2025 Malaysia. Pada Kamis, 24 Juli 2025 malam, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah menghubungi Perdana Menteri Kamboja Hun Manet.

Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai. Anwar meminta keduanya untuk segera melakukan gencatan senjata di tengah konflik perbatasan Thailand Kamboja.

Anwar pun menyampaikan bahwa Malaysia bersedia membantu dan memfasilitasi upaya diplomasi Thailand dan Kamboja. Amerika Serikat juga ikut bergabung dengan negara-negara lain, mengirimkan gencatan senjata dan menawarkan bantuan mediasi.

Kementerian Luar Negeri Cina juga secara aktif menyuarakan simpati serta seruan gencatan senjata bagi Thailand dan Kamboja.

Lalu bagaimana responwaran-tawaran negara-negara itu? Thailand secara implisit menolak tawaran bantuan mediasi dari negara-negara ketiga.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura menyebut Thailand akan menempuh upaya bilateral terlebih dahulu.

Dalam artian Thailand akan mencoba membangun dialog antara dua negara dengan Kamboja tanpa melibatkan negara ketiga.

Namun sebelum mengakhiri dialog, Thailand menegaskan Kamboja harus terlebih dahulu mengakhiri konfrontasi di perbatasan.

Sementara Kamboja belum menerima tawaran-tawaran negara ketiga itu. Namun pada Kamis 24 Juli 2025, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan dan membahas konflik negaranya dengan Thailand.

Masih ada kemungkinan Thailand dan Kamboja menyelesaikan pertempuran di meja perundingan. Namun, seberapa besar kemungkinannya jika berkaca pada situasi di lapangan?

Pada hari kedua pertempuran pada Jumat, 25 Juli 2025 dilaporkan sudah ada 16 warga sipil yang tewas. Kedua negara saling beradu senjata sejak Kamis 24 Juli 2025. Militer Thailand melaporkan Kamboja telah melancarkan serangan dengan senjata berat termasuk artileri dan roket PM21 buatan Rusia.

Thailand pun juga ikut mengerahkan kekuatan dengan mengirim konvei militer dan jetempur F16. Konvo itu terdiri atas sejumlah truk, kendaraan lapis baja, dan tank yang bergerak menuju perbatasan.

Pasukan Thailand pun menampakkan diri lengkap dengan senjata di jalan-jalan utama. Sejumlah laporan menyebut terdengar beberapa ledakan kecil yang bersaut-sautan sepanjang Jumat 25 Juli 2025.

Konflik terasa panas di 6 titik yang berada di sepanjang 209 km garis perbatasan. Akibatnya, sebanyak 1500 keluarga telah dievakuasi dari wilayah perbatasan.

Sebanyak 16 orang dilaporkan tewas selama 2 hari bentrokan antara Thailand dan Kamboja. Ini adalah pertempuran paling mematikan sejak konflik serupa terjadi pada 2008 hingga 2011.

Saat itu pertempuran Thailand dan Kamboja menewaskan 28 orang dan menyebabkan puluhan ribu lainnya mengungsi. Di tengah raungan Misiu dan pengungsi yang kian banyak di perbatasan Thailand dan Kamboja, dunia menyerukan damai.

Namun, Thailand menolak tangan-tangan penengah. Sementara Kamboja berusaha menarik perhatian PBB. Saat perundingan belum dimulai, korban jiwa terus bertambah.

Tinggalkan komentar