Beritalk, Cianjur – Amerika Serikat dan Cina akhirnya sepakat untuk berunding soal tarif pada Sabtu, 10 Mei 2025 lalu di Jenewa, Swiss.
Perundingan tersebut terjadi usai perang dagang sengit antara AS dan Cina yang telah berlangsung selama berminggu-minggu.
Perundingan itu diikuti oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent Menteri Keuangan Scott Bessent dan Kepala Negosiator Perdagangan Jamieson Greer.
Sementara itu, dari pihak Cina mengirimkan pemimpin ekonominya, He Lifeng dalam pertemuan penting ini.
Pertemuan ini menjadi pertemuan pertama dua negara tersebut sejak Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor kepada Cina pada Januari 2025 lalu.
Menjelang pertemuan itu, pada Jumat, 9 Mei 2025, Presiden Donald Trump menyinggung tarif sebesar 80%.
Sejumlah pengamat pun memberikan pandangannya terkait rencana perundingan AS Cina yang dilakukan untuk menyelesaikan sengketa perdagangan mereka.
Peneliti ISEAS Yusof Ishak Institute dan mantan negosiator AS, Stephen Olson mengatakan tidak satu pihak pun ingin terlihat mengalah dalam perang dagang.
Pada Rabu, 7 Mei 2025, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lin Jian mengungkapkan bahwa perundingan dilakukan atas permintaan AS.
Namun di sisi lain, pemerintahan Trump menyatakan hal sebaliknya. AS mengeklaim bahwa pejabat Cina sangat ingin berbisnis karena ekonomi mereka yang sedang runtuh.
Meski perundingan dinilai membawa titik terang bagi perdagangan dua raksasa ekonomi dunia itu, para ahli berpendapat bahwa kedua negara masih membutuhkan waktu.
Professor at the East Asian Institute at the National University Singapore (NUS), Bert Hofman mengatakan baik AS maupun Cina memerlukan waktu lama untuk menyamakan persepsi dalam perundingan itu.
Kemudian selanjutnya mereka akan melakukan negosiasi dalam agenda pertemuan berikutnya di masa mendatang.
Sementara itu, meninjau cara kerja Trump selama masa jabatannya, para ahli memprediksi bahwa keseluruhan negosiasi akan berlangsung selama berbulan-bulan.
Pertemuan di Jenewa hanyalah awal, dan dunia kini menanti bagaimana dua raksasa ekonomi global ini menyusun langkah damai untuk mengakhiri perang dagang yang merugikan banyak sektor di berbagai negara.
Tinggalkan komentar