Donald Trump Desak Thailand Kamboja Segera Akhiri Perang, Ancam Tarif Naik 36% Jika Konflik Berlanjut!

Williani Putri

Juli 27, 2025

2
Min Read
Donald Trump
Donald Trump

On This Post

Beritalk, Cianjur – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak Thailand dan Kamboja untuk segera mengakhiri perang.

Desakan itu disampaikan Donald Trump melalui unggahan di akun X pribadinya pada Sabtu, 26 Juli 2025.

Dalam unggahan itu, Donald Trump mengaku sudah berbicara dengan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet terkait penghentian perang dengan Thailand.

Selain itu, Donald Trump juga telah menelepon pejabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai untuk segera mencapai genjatan senjata.

Dalam unggahannya, Donald Trump juga mengancam tidak akan membuat kesepakatan dagang dengan Thailand dan Kamboja jika kedua negara itu terus berperang.

Sebelumnya Donald Trump telah mengirim surat kepada pemerintah Thailand dan Kamboja.

Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif sebesar 36% kepada kedua negara itu apabila perang tidak dihentikan.

Donald Trump juga menyebutkan konflik antara Thailand dan Kamboja adalah masalah yang cukup rumit.

Banyaknya korban jiwa yang jatuh membuat Donald Trump teringat pada konflik India dan Pakistan beberapa waktu lalu.

Selama 3 hari terakhir, bentrokan bersenjata terjadi di sepanjang perbatasan Thailand dan Kamboja, termasuk di wilayah pesisir Teluk Thailand.

Setidaknya 33 orang dilaporkan tewas, termasuk warga sipil dan tentara di kedua pihak. Sementara lebih dari 150.000 Warga harus mengungsi.

Konflik terbaru ini dipicu oleh sengketa di sekitar kompleks Candi Kuno yang telah lama diperebutkan kedua negara.

Kamboja menuduh militer Thailand menembak ke wilayah sipil termasuk menggunakan artileri berat di Provinsi Pursat.

Sebaliknya Thailand menyalahkan Kamboja atas serangan ke infrastruktur kesehatan dan penggunaan senjata yang dilarang seperti bom klaster.

Dewan Keamanan PBB telah mengadakan pertemuan darurat dan mendesak kencatan senjata segera. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres mengejam kerusakan infrastruktur dan jatuhnya korban jiwa serta mendukung upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik ini.

Tinggalkan komentar