Secercah Harapan Gencatan Senjata Gaza: Israel Buka Peluang Setelah Proposal Hamas Diubah

Williani Putri

Juli 24, 2025

4
Min Read
Gaza
Gaza

On This Post

Beritalk, Cianjur – Di tengah pekatnya kabut perang yang telah menggulung Gaza dalam kehancuran dan penderitaan, sebuah celah harapan mulai muncul.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan terakhir, Israel mengisyaratkan kemungkinan dilakukannya gencatan senjata.

Sinyal positif ini muncul setelah Hamas menyerahkan proposal baru kepada para mediator, yang dinilai lebih lunak dibandingkan usulan sebelumnya.

Meski tak signifikan, namun kemajuan itu bisa memberikan sedikit napas kelegaan bagi situasi di Gaza yang disebut PBB sebagai mimpi buruk paling bersejarah. Seperti apa perkembangan kans gencatan senjata di Gaza?

Pada Kamis, 24 Juli 2025, Hamas telah menyerahkan proposal tanggapan terhadap usulan gencatan senjata yang diajukan Israel.

Dalam proposal tanggapan itu, Hamas menyertakan klausul berisi skema masuknya bantuan kemanusiaan, peta wilayah dari mana tentara Israel harus menarik diri dan jaminan untuk memastikan berakhirnya perang secara permanen.

Sebelum menyerahkan proposal terbaru, Hamas telah mengajukan tanggapan pertama pada Selasa, 22 Juli 2025.

Namun, para mediator di Doha, Qatar meminta Hamas untuk merevisi proposal dan membuatnya lebih lunak. Karena dalam proposal pertama itu, Hamas menuntut Israel menarik diri lebih jauh ke perbatasan Gaza dan meminta jaminan kepada para mediator untuk mempersulit Israel melanjutkan perang.

Hamas juga ingin meningkatkan rasio pembebasan tahanan Palestina dan mendorong diakhirinya operasi Yayasan Kemanusiaan Gaza atau GHF yang kontroversial.

Mediator menyebut mulanya Hamas terbagi menjadi dua antara mengambil pendekatan keras atau berkompromi dengan Israel. Proposal pada Selasa yang menuai penolakan dari mediator dinilai terlalu keras dan akhirnya proposal baru yang dianggap lebih lunak diterima pada Kamis, 24 Juli 2025.

Setelah mengevaluasi isi proposal Hamas, seorang pejabat Israel menyebut gencatan senjata bisa dilaksanakan. Meski demikian, tak ada rincian yang diberikan oleh Israel maupun Hamas kapan dan bagaimana proposal gencatan senjata itu akan dieksekusi. Yang pasti gencatan senjata mungkin akan dilakukan selama 60 hari atau sekitar 2 bulan.

Ditambah akan ada pertukaran Sandra Hamas dan tahanan Israel yang akan dilakukan. Pasalnya masih ada sekitar 49 Sandra Hamas yang berada di Gaza dan kemungkinan 27 di antaranya masih hidup.

Setelah negosiasi memasuki tahap finalisasi, utusan Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Steve Witkov baru akan bergabung. Ini adalah titik terang dari kebuntuan negosiasi yang terjadi selama 2 minggu belakangan, sejak 6 Juli 2025.

Kemajuan kesepakatan gencatan senjata itu pun tak terlepas dari kecaman yang dilayangkan oleh lebih dari 100 organisasi bantuan internasional. Mereka memperingatkan bahwa bencana kelaparan massal telah mengancam Gaza dan menuntut Israel untuk membuka pintu masuk bantuan bagi badan-badan internasional. Seperti apa situasi sebenarnya di Gaza? Mendesakan gencatan senjata sudah seringki diserukan dunia internasional.

Serangan Israel yang terus menewaskan warga sipil ditambah kisruhnya penyaluran bantuan oleh GHF yang terus diwarnai penembakan dan kematian warga Palestina telah membuat dunia geram. Gaza makin memilukan. Blokada bantuan oleh Israel terus mendorong warga Palestina ke jurang kelaparan massal.

Program Pangan Dunia atau WFP melaporkan hampir 100.000 Ibu perempuan dan anak-anak di Gaza menderita malnutrisi akut parah dan sepertiga penduduk tidak makan apapun selama berhari-hari. Total kematian akibat kekurangan gizi telah mencapai 101 orang per 22 Juli 2025.

Sementara ratusan orang yang meninggal dunia di tangan tentara Israel saat berusaha meraih bantuan kemanusiaan di lokasi distribusi.

Korban tewas akibat serangan juga terus meningkat nyaris 60.000 orang. Serangan Israel pun mulai meluas lagi hingga Der Albala. Warga dipaksa pindah dengan Dali Hamas bersembunyi di lokasi pengungsian terakhir yang awalnya diklaim Israel sebagai tempat yang aman.

Sebelumnya satu-satunya Gereja Katolik di Gaza, yakni Gereja Katolik Keluarga Kudus juga diserang pada 17 Juli 2025, menewaskan tiga orang dan melukai beberapa lainnya.

Bahkan di waktu yang berdekatan, Israel pun menyerang kediaman dan para staf Badan Kesehatan Dunia PBB atau WHO. Tak hanya krisis kelaparan, Gaza juga mengalami krisis bahan bakar karena pembatasan oleh Israel.

Ketegangan juga terus meluas di tepi barat, Swedida Suriah, dan Dir Albala. Semua itu membuat para pejabat PBB meninggikan suara mereka untuk mengecam Israel.

Pengamat Palestina untuk PBB, Riyad Mansur mengecam keras tindakan brutal Israel dan menggambarkan krisis kemanusiaan di Gaza sebagai sesuatu yang disengaja. Ia juga menuntut tindakan mendesak untuk menghentikan tindakan Israel di Gaza.

Usulan gencatan senjata yang kini dinilai Israel bisa dilaksanakan memberi secerca harapan.
Namun semua itu belum berarti akhir dari konflik yang telah menewaskan puluhan ribu jiwa di Gaza.

Dengan krisis kemanusiaan yang terus memburuk dan tekanan internasional yang semakin menguap, keberhasilan kesepakatan ini tak hanya bergantung pada isi proposal, tetapi juga pada kemauan politik semua pihak untuk benar-benar mengakhiri perang.

Kini dunia menanti. Akankah Gaza akhirnya mendapat jeda dari kehancuran atau harapan gencatan senjata kembali kandas di meja negosiasi?

Tinggalkan komentar