Hamas Bebaskan Sandra Amerika Edan Alexander, Apakah Ini Isyarat Menuju Gencatan Senjata di Gaza?

Williani Putri

Mei 13, 2025

4
Min Read
Aa1etm9e 3548519327
Hamas Bebaskan Sandra

On This Post

Beritalk, Cianjur – Hamas akhirnya membebaskan Edan Alexander, Sandra Amerika yang masih hidup yang ditawan di Gaza pada Senin, 12 Mei 2025 malam.

Pembebasan Sandra Amerika itu terjadi usai Hamas melakukan kontak dengan pemerintah AS.

Tidak seperti kebanyakan Sandra lainnya, Alexander dibebaskan tanpa gencatan senjata yang diumumkan secara resmi antara Israel dan Hamas.

Meski begitu, Hamas tak serta-merta membebaskan Sandra Amerika itu. Hamas tentunya punya harapan atas perangnya dengan Israel di jalur Gaza.

Hamas harapkan gencatan senjata, Sandra Amerika Idan Alexander telah dibebaskan oleh Hamas pada Senin, 12 Mei 2025.

Namun, Hamas masih menahan sedikitnya 20 Sandra yang masih hidup dan juga menahan sekitar 40 jenazah, termasuk beberapa warga Amerika.

Hamas enggan untuk membebaskan lebih banyak Sandra kecuali Israel setuju untuk mengadakan negosiasi untuk mengakhiri perang.

Hamas sendiri mengonfirmasi bahwa pembebasan Alexander dilakukan untuk mencapai gencatan senjata.

Hamas sendiri mengonfirmasi bahwa pembebasan Alexander dilakukan untuk mencapai gencatan senjata.

Hamas juga menyebut pihaknya sudah menunjukkan sikap positif dan fleksibilitas tinggi.

Hamas pun mendesak pemerintah AS untuk melanjutkan upayanya mengakhiri perang Israel yang dilancarkan terhadap anak-anak, wanita, dan warga sipil tak berdaya di jalur Gaza.

Hamas berharap dengan pembebasan Sandra Amerika itu, para mediator termasuk Amerika bisa membuka jalur untuk terciptanya perdamaian di jalur Gaza.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyambut baik pembebasan Alexander tersebut.

Pada Minggu 11 Mei 2025, Trump menyebut pembebasan yang direncanakan itu sebagai sebuah langkah yang diambil dengan itikat baik terhadap Amerika dan upaya para mediator Qatar serta Mesir untuk mengakhiri perang di Gaza.

Pemerintahan Trump berhasil bernegosiasi dengan Hamas untuk pembebasan Alexander, seorang warga negara ganda AS Israel.

Trump pun berharap pembebasan Alexander itu menjadi langkah pertama untuk mengembalikan semua Sandra yang masih hidup dan jenazah yang masih ditahan kepada orang-orang yang mereka cintai.

Senada dengan Trump, duta besar AS untuk Israel, Mike Huckabee juga mengatakan Trump dan pemerintahannya berharap pembebasan yang telah lama tertunda terhadap Idan Alexander menandai awal dari berakhirnya perang yang mengerikan ini.

Mike Huckabee sendiri adalah anggota pemerintahan Trump yang sangat pro Israel.

Menurutnya, Hamas sendiri yang harus bertanggung jawab atas kematian dan penderitaan yang masih terus berlanjut.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga menyambut baik pembebasan Alexander yang disandra di Gaza.

Namun, Israel tetap menginginkan hak untuk melanjutkan perang dan menumpas Hamas.

Bahkan ia menyebut Trump telah berkomitmen kepada Israel untuk terus bekerja sama dengan Israel dalam mencapai semua tujuan perang termasuk membebaskan semua dan mengalahkan Hamas.

Netanyahu mengumumkan ia akan mengirim delegasi untuk bergabung dalam negosiasi gencatan senjata sementara.

Padahal banyak dari keluarga Sandra yang menginginkan agar Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata permanen untuk membebaskan semua Sandra.

Usai pembebasan Alexander, keluarga Sandra yang lain pun menyerukan kesepakatan yang lebih luas antara Israel dan Hamas.

Meski Hamas telah membebaskan Sandra Amerika Edan Alexander dan berharap adanya gencatan senjata permanen, namun tanda-tanda akan berakhirnya perang dari Israel belum muncul.

Badan-badan bantuan pun telah memperingatkan tentang meningkatnya resiko kelaparan di Gaza.

Klasifikasi fase keamanan pangan terpadu mengatakan pada Senin, 12 Mei 2025 bahwa Israel beresiko menyebabkan kelaparan jika negara itu melanjutkan rencana serangan militer dalam beberapa minggu mendatang.

Sejak bulan Maret, Israel memang telah memblokir semua pasokan makanan dan bahan bakar ke wilayah tersebut yang sebagian besar diduduki oleh pasukan Israel.

Israel beralasan ingin menghentikan pasokan dan keuntungan apapun agar tidak sampai ke Hamas. Namun nyatanya warga sipilah yang menanggung beban pembatasan Israel.

Embargo bahan bakar membuat distribusi makanan ke beberapa wilayah Gaza menjadi hampir mustahil dan kurangnya pengiriman makanan baru menyebabkan persediaan yang ada menipis.

Pada akhir April 2025, program pangan dunia telah mengumumkan bahwa persediaan makanan di wilayah tersebut telah habis.

Sementara Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina yaitu UNRA mengatakan pihaknya tidak memiliki persediaan tepung lagi.

Apakah harapan Hamas yang menginginkan berakhirnya perang di Gaza bisa tercapai atau hanya sebuah harapan kosong? semoga perang ini segera berakhir dan berdamai.

Tinggalkan komentar