Beritalk, Cianjur – Israel kembali menggempur infrastruktur Hamas di Gaza Selatan pada Jumat 11 Juli 2025 lalu.
Serangan Israel tersebut terjadi di tengah harapan tercapainya kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas dalam beberapa hari ke depan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan peluang tercapainya jeda perang cukup besar.
Namun Benjamin Netanyahu menekankan Hamas harus bersedia meletakkan senjatanya serta berhenti memerintah dan beroperasi di Gaza.
Sebelumnya sejak Minggu 6 Juli 2025, perwakilan Israel dan kelompok bersenjata Palestina menggelar negosiasi tidak langsung di Qatar.
Negosiasi tersebut dilakukan sebagai upaya menghentikan perang yang telah berlangsung selama 21 bulan.
Sementara itu, situasi lapangan di Gaza semakin memburuk dengan gelombang baru serangan Israel. Akibat serangan tersebut, sedikitnya lima orang dilaporkan tewas.
Seorang saksi mata di Kanionis mengatakan terjadi baku tembak intens, serangan udara sporadis, serta penembakan artileri.
Tak hanya itu, saksi mata tersebut juga melaporkan kehancuran kem pengungsian dan lahan pertanian akibat serangan Israel.
Sementara Israel berdalih, operasi di Kanyonis menargetkan lokasi infrastruktur kelompok bersenjata baik di atas maupun di bawah tanah.
Di sisi diplomatik, kedua pihak masih berdebat mengenai poin-poin penting dalam perundingan di Qatar. Kelompok Hamas menyatakan siap membebaskan 10 Sandra sebagai bagian dari kesepakatan awal.
Menanggapi hal tersebut, Netanyahu menyatakan bahwa langkah itu akan menyisakan 10 Sandra lain yang masih hidup. Ia juga menyebut kesepakatan awal mencakup bencatan senjata selama 60 hari yang akan dimanfaatkan untuk menegosiasikan penyelesaian konflik.
Baru-baru ini, Netanyahu sudah dua kali bertemu Presiden AS Donald Trump guna membahas proposal gencatan senjata.
Netanyahu menegaskan Israel hanya bersedia memulai negosiasi jangka panjang jika Hamas menyerahkan senjata dan melepaskan kendali Gaza.
Sementara itu, Hamas mendesak adanya jaminan nyata terkait gencatan senjata Gaza berkelanjutan dan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
Hal tersebut disampaikan pejabat senior Hamas Basem Naim yang menuntut penarikan penuh pasukan Israel dan menolak skema pemindahan warga Gaza.
Tinggalkan komentar