Menghilangnya Ayatollah Ali Khamenei di Tengah Krisis Besar

Williani Putri

Juni 26, 2025

4
Min Read
Ayatollah Ali Khamenei
Ayatollah Ali Khamenei

On This Post

Beritalk, Cianjur – Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei tak terdengar kabarnya selama hampir seminggu.

Ayatollah Ali Khamenei tak muncul baik secara langsung maupun dalam video pernyataan yang biasa dibuatnya.

Ketidakhadiran Ayatollah Ali Khamenei mengejutkan, mengingat Iran sedang dilanda berbagai peristiwa genting mulai dari penyerangan fasilitas nuklir hingga gencatan senjata antara mereka dengan Israel dan Amerika Serikat.

Elit politik hingga warga Iran pun bertanya-tanya ke mana perginya Ayatollah Ali Khamenei, apakah ini bentuk penjagaan privasi tertinggi mengingat posisinya yang sudah diincar oleh Tel Afif dan Washington ? Untuk itu simak pembahasannya berikut ini :

Dalam sebuah acara di televisi pemerintah Iran pada Selasa 24 Juni 2025 sang pembawa acara mengajukan pertanyaan yang selama kurang lebih seminggu terakhir menggema di negara itu.

Mengutip laporan New York Times kepada Kepala Kantor Arsip Ayatollah Ali Khamenei, Mehdi Fazaili ia menyebut orang-orang sangat khawatir dengan keadaan Ayatollah Ali Khamenei.

Para penonton disebutnya telah mengirimkan banyak pesan yang berisi kekhawatiran terhadap kondisi Ayatollah Ali Khamenei.

Ia lantas bertanya bagaimana tepatnya keadaan Ayatollah Ali Khamenei itu ? namun Fazaili tidak memberikan jawaban langsung ia mengaku juga menerima banyak pertanyaan dari para pejabat dan pihak lain yang khawatir terhadap Ayatollah Ali Khamenei utamanya.

Setelah kampanye pengeboman yang dilakukan oleh Israel dan Amerika Serikat fasaili bilang mereka yang ditugaskan untuk menjaga Ayatollah Ali Khamenei telah menunaikan tugasnya dengan baik.

Ayatollah Ali Khamenei sosok yang memegang keputusan akhir terhadap berbagai keputusan penting di Iran.

Tidak terdengar kabar Ayatollah Ali Khamenei selama hamper seminggu padahal Iran sedang dihadapkan dengan krisis luar biasa.

Dalam beberapa hari terakhir saja mereka menghadapi berbagai peristiwa besar secara berurutan mulai dari pengeboman tiga fasilitas nuklir mereka oleh AS.

Pembalasan teh ke pangkalan militer Al Udeid di Qatar sampai kesepakatan genjata senjata dengan Israel yang mulai berlaku pada Selasa, 24 Juni 2025 lalu.

Selama rentang waktu itu para pejabat Iran menyebut Ayatollah Ali Khamenei berlindung di bunker dan menahan diri menggunakan komunikasi elektronik untuk mencegah upaya pembunuhan.

Ketidakhadiran Ayatollah Ali Khamenei membuat gelisah banyak orang mulai dari politikus hingga masyarakat umum.

Pemimpin redaksi Kaneman surat kabar Iran yang fokus pada pengembangan real estate Men Kalifeh menyebut absennya Ayatollah Ali Khamenei membuat mereka yang mencintainya merasa khawatir.

Ia menambahkan jika sosok berusia 86 tahun itu, Ayatollah Ali Khamenei meninggal maka pemakamannya akan menjadi yang paling agung dan bersejarah.

Keheningan Ayatollah Ali Khamenei depan publik lalu menimbulkan spekulasi seberapa terlibat ia dalam keputusan-keputusan terbaru Teheran seperti saat Iran menyetujui genjatan senjata.

Apakah Ayatollah Ali Khamenei masih mengawasi negara setiap hari ? apakah ia terluka sakit atau bahkan masih hidup ?

Dugaan yang berkembang tim keamanan Ayatollah Ali Khamenei masih menegakkan protokol keamanan yang ekstrem termasuk kontak terbatas dengan dunia.

Luar pandangannya disampaikan analis politik sekaligus putra Jenderal Yahya Safafi penasihat militer utama Ayatollah Ali Khamenei, Hamseh Safafi protokol keamanan ini terus ditegakkan.

Bahkan meski gencatan senjata sudah ditegakkan pasalnya Israel diyakini masih akan mencoba membunuh sosok Ayatollah Ali Khamenei.

Meski begitu Safavifi yakin Ayatollah Ali Khamenei masih mempertimbangkan keputusan-keputusan penting dari jarak jauh.

Percaturan politik di Iran juga menimbulkan perpecahan di kalangan politisi dan militer, selama kemenangan menghilang para politisi dan komandan militer saling membentuk aliansi dan bersaing untuk mendapatkan kekuasaan.

Hal ini diungkapkan oleh empat pejabat senior Teheran yang mengetahui diskusi kebijakan terkini dalam pemerintahan.

Kelompok-kelompok ini memiliki visi yang berbeda tentang bagaimana Iran harus
melanjutkan program nuklirnya negosiasinya dengan Amerika Serikat dan keruntuhkan dengan Israel.

Di satu sisi, faksi moderat yang dipimpin Presiden Mansud Peskian dan didukung oleh Kepala Kehakiman serta Panglima Tertinggi Baru, Abdul Rahim Mausafi, mendorong pendekatan diplomatik dan bersedia membuka kembali negosiasi nuklir dengan AS. Di sisi lain, faksi garis keras yang dipimpin Said Jalili menentang keras keputusan gencatan senjata dan menolak dialog dengan Amerika.

Di satu sisi, faksi moderat yang dipimpin Presiden Mansud Peskian dan didukung oleh Kepala Kehakiman serta Panglima Tertinggi Baru, Abdul Rahim Mausafi, mendorong pendekatan diplomatik dan bersedia membuka kembali negosiasi nuklir dengan AS.

Di sisi lain, faksi garis keras yang dipimpin Said Jalili menentang keras keputusan gencatan senjata dan menolak dialog dengan Amerika.

Ketidakhadiran Ayatollah Ali Khamenei pun memicu pertanyaan lebih dalam, apakah Iran sedang mengalami pergeseran arah politik? Apakah kekuasaan absolut yang selama ini berada di tangan satu orang mulai goyah?

Tinggalkan komentar