Beritalk, Cianjur – Perundingan gencatan senjata Gaza kembali dilakukan. Pemerintah Israel telah mengutus tim perunding mereka ke Qatar pada Minggu 6 Juli 2025.
Namun bayang-bayang kegagalan kesepakatan gencatan senjata Gaza tersebut kembali menghantui. Pasalnya Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dinilai tidak sungguh-sungguh untuk mengakhiri operasi militernya di Gaza sebelum Hamas benar-benar dilumpuhkan.
Tel Aviv juga sulit menerima perubahan syarat gencatan senjata Gaza yang diajukan Hamas. Kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 5 Juli 2025 mengatakan pihaknya telah menerima perubahan syarat kejatan senjata yang ingin dilakukan Hamas melalui Qatar.
Namun, Israel tegas tidak bisa menerima perubahan tersebut dan meminta proposal yang mereka ajukan agar dilanjutkan.
Namun tidak semua setuju dengan sikap penolakan tersebut, terutama keluarga Sandra. Para keluarga Sandra mengatakan mereka menginginkan seluruh Sandra dibebaskan dan perang diakhiri.
Di lain sisi, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich mengkritik tajam keputusan kabinet yang mengizinkan sejumlah bantuan masuk ke Gaza.
Dalam pernyataannya, pada Minggu 6 Juli 2025, Smutrich menilai kebijakan itu sebagai kesalahan besar yang akan menguntungkan kelompok Hamas.
Ia menuding Netanyahu gagal memastikan militer Israel mengikuti arahan pemerintah dalam melancarkan perang dengan Hamas.
Presiden Amerika Serikat sebelumnya telah mengajukan usulan gencatan senjata baru antara Israel dan Hamas, Selasa 1 Juli 2025.
Telah mendesak agar Israel dan Hamas menghentikan pertempuran selama 60 hari. Selama masa genjatan tersebut, Hamas akan membebaskan 10 Sandra yang masih hidup dan beberapa jenazah Sandra.
Sebagai imbalan Israel juga akan membebaskan sejumlah tahanan warga Palestina. Dua super Palestina mengungkap kelompok Hams menambahkan beberapa syarat lain dalam perundingan genjatan senjata tersebut.
Syarat-syarat itu meliputi penarikan sepenuhnya pasukan Israel dari wilayah Gaza. Jaminan Israel tidak akan melanjutkan serangan selama proses negosiasi berlangsung hingga pengembalian sistem distribusi bantuan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh PBB.
Trump menanggapi tambahan syarat Hamas itu dan menyebutnya sebagai langkah yang baik.
Namun, Presiden Amerika Serikat itu mengaku syarat tersebut belum disampaikan kepada pihaknya.
Tran menegaskan perang di Gaza harus diselesaikan. Respons baik juga disampaikan para warga Palestina atas keputusan Hamas. Pengungsi Palestina dari Hanonis, Karima Alras berharap kejatan senjata akan diumumkan untuk memungkinkan masuknya lebih banyak bantuan.
Karima mengungkap banyak orang-orang kelaparan karena kekurangan bahan makanan. Bahkan sejumlah lokasi pembagian bantuan juga berubah menjadi area berbahaya bagi para warga Gaza.
Tak sedikit dari mereka tewas saat berjibaku mencari makanan di titik-titik pembagian bantuan makanan.
Tinggalkan komentar