Beritalk, Cianjur – Bagaimana nasib program nuklir Iran usai konflik dengan Israel dan juga menyeret Amerika Serikat ?
Program nulir Iran menjadi sorotan usai konflik dengan Israel telah mencapai titik henti, karena diberlakukan gencatan senjata setelah meluncurkan serangan demi serangan.
Pasalnya Israel menyebut ancaman nuklir Iran telah dilumpuhkan Amerika Serikat juga menyatakan operasinya yang menargetkan tiga situs nuklir Iran sukses besar.
Di saat yang sama Iran menepis klaim kedua lawannya dengan menyebut mereka gagal memusnahkan nuklir Iran.
Lantas apakah program nuklir Iran benar-benar berhasil dihancurkan ? simak penjelasannya berikut ini :
Serangan Israel ke sejumlah target di
Iran diklaim bertujuan memusnahkan secara permanen ancaman rudal balistik dan kemampuan nuklir Iran.
Serangan ini kemudian diperluas dengan keterlibatan AS yang meluncurkan serangan ke fasilitas nuklir Iran menggunakan bom penghancur banker.
Israel mengeklaim berhasil mencapai tujuannya perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa 24 Juni 2025 menyatakan telah menghancurkan program nuklir Iran.
Benjamin Netanyahu mengancam akan meluncurkan serangan lagi jika ada pihak yang mencoba menghidupkan kembali program nuklir Iran tersebut
“Selama belasan tahu saya berjanji kepada anda bahwa Iran tidak akan memiliki senjara nuklir dan memang benar. Oleh karena itu, semua Tindakan yang telah dilakukan oleh para pejuang kami, kami lakukan untuk menghancurkan program nuklir Iran dan jika ada orang Iran yang mencoba menghidupkan Kembali proyek ini, kami akan bertindak engan tekad yang sama” ujar Benjamin Netanyahu.
Senada Presiden AS Donald Trump menyebut operasi gabungan ini sebagai kemenangan militer besar dan mengeklaim instalasi nuklir Iran telah sepenuhnya dihancurkan.
Iran pun membalas serangan AS dengan membombardir pangkalan militer AS di Qatar yang kemudian disusul dengan gencatan senjata.
Meski begitu masih belum jelas apakah target yang ditetapkan benar-benar telah tercapai ?
Citra satelit yang dianalisis oleh CNN memang menunjukkan kerusakan parah pada fasilitas Utama nuklir Iran seperti Isfahan, Natanz dan Fordo.
Program pengayaan uranium Iran yang dikenal karena menggunakan sentrifus canggih dalam bunker bawah tanah diduga mengalami kerusakan signifikan.
Jika benar telah hancur situs tersebut tak lagi dapat beroperasi trump meyakini Iran tidak akan bisa membangun kembali fasilitas nuklirnya.
Tetapi dengan tetap dimilikinya pengetahuan teknis oleh ilmuwan Iran meski beberapa di antaranya menjadi target serangan kemungkinan kebangkitan kembali program tersebut tidak bisa diabaikan sepenuhnya.
Sumber militer Barat juga menilai masih terlalu dini untuk memastikan sejauh
mana kerusakan itu berpengaruh terhadap kemampuan nuklir Iran.
Ditambah klaim Israel dan AS telah dibantah oleh Menlu Iran Abbas Araghchi yang menyatakan keduanya gagal menghancurkan nuklir Iran.
Laporan dari Badan Tenaga Atom Internasional IAEA menunjukkan masih terdapat ketidakpastian mengenai keberadaan bahan nuklir Iran yang telah diproduksi bahan itu termasuk 880 pon uranium 235 yang telah diperkaya hingga level 60% mendekati ambang untuk senjata nuklir pejabat tinggi nuklir Iran.
Muhammad Islami menyatakan Iran telah mengambil langkah-langkah antisipatif untuk memastikan kelangsungan program nuklirnya.
Media pemerintah Iran bahkan melaporkan sebagian fasilitas telah dievakuasi sebelum serangan.
Laporan itu menimbulkan dugaan material nuklir mungkin telah diamankan ke lokasi rahasia yang tidak terpantau oleh inspektur internasional.
Jika memang material tersebut berhasil diselamatkan tetap saja para analis menilai proses untuk mengubahnya menjadi senjata tidak akan cepat mengingat infrastruktur Iran mengalami kerusakan besar iran dinilai membutuhkan satu atau dua tahun yang efektif untuk membangun senjata nuklir.
Pertanyaannya kini bukan sekadar apakah Iran masih mampu melainkan apakah Iran berniat untuk melanjutkan program senjata nuklirnya ?
Selama ini Teheran bersih keras program nuklirnya hanya bertujuan damai, namun seruan dari faksi garis keras di dalam negeri untuk mengembangkan senjata nuklir sebagai bentuk pencegahan terhadap serangan semacam ini.
Semakin menguat Iran juga mulai mempertimbangkan penarikan diri dari perjanjian nonprolerasi senjata
nuklir dengan alasan perjanjian itu gagal melindungi kepentingan nasional mereka.
Sementara itu jalur diplomatik tetap terbuka meskipun sempat tertutup oleh eskalasi serangan dengan diberlakukannya.
Gencatan senjata antara Iran dan Israel yang dimediasi oleh AS muncul kembali kemungkinan terbukanya ruang dialog antara Iran AS dan mitra internasional lainnya.
Berdasarkan analisis berbagai pihak termasuk IAEA dan pengamat internasional masih ada ketidakpastian tentang apakah kerusakan yang ditimbulkan serangan AS Israel cukup untuk memastikan kemampuan nuklir Iran secara permanen.
Iran sendiri mengeklaim telah mengambil langkah antisipatif dan mungkin masih memiliki bahan nuklir Iran yang disimpan di lokasi rahasia.
Tinggalkan komentar