Beritalk, Cianjur – Perkembangan rudal Iran muncul sebagai kekuatan militer yang mulai diperhitungkan.
Perang 12 hari dengan Israel yang berlangsung antara 13 hingga 24 Juni 2025 menandai perubahan signifikan dalam keseimbangan kekuatan militer di kawasan Timur Tengah dengan adanya perkembangan rudal Iran ini.
Ketika Israel menyerang dengan kekuatan jet tempur, Teheran membalas dengan meluncurkan banyak rudal Iran hipersonik.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah konflik modern di kawasan itu, sistem pertahanan udara Israel termasuk patriot dan ironom yang selama ini dikenal sebagai salah satu yang paling canggih di dunia ditembus secara signifikan oleh rudal-rudal Iran.
Sedikitnya 42 misil berhasil melewati pertahanan berlapis Israel dan menghantam sasaran termasuk lima pangkalan militer dan wilayah-wilayah berpenduduk.
Serangan tersebut merupakan bagian dari operasi trup promis 3 yang memperlihatkan peningkatan kemampuan penetrasi rudal Iran dibandingkan operasi sebelumnya pada Oktober 2024.
Keberhasilan ini tidak datang tiba-tiba. Awalnya Iran sangat bergantung pada rekayasa balik, peralatan Barat dan Soviet yang tersisa dari era sebelum revolusi Islam 1979.
Sejak dekade 1980-an, Iran secara sistematis membangun industri pertahanannya melalui strategi reverse engineering, membongkar, meniru, dan mengembangkan teknologi militer dari sistem-sistem asing yang lebih dulu ada.
Iran juga beralih ke negara-negara seperti Korea Utara, Cina, dan Rusia untuk mendapatkan bantuan teknis, transfer teknologi dan bahan baku.
Seiring waktu, hubungan ini membantu Iran membangun kemampuan domestik dalam produksi rudal, drone, dan kendaraan lapis baja. Selain itu, Iran memilih fokus pada membangun kekuatan rudal ketimbang pesawat tempur.
Hasilnya kini mereka memiliki lebih dari 3.000 rudal balistik dan bahkan sudah menguasai teknologi hipersonik.
Rudal seperti Fatah diklaim mampu melaju hingga kecepatan MA 13 hingga 15 dan melakukan manuver di tengah terbang.
Sebuah kemampuan yang bahkan belum sepenuhnya dikuasai oleh Amerika Serikat. Lebih dari itu, rudal-rudal ini bukan hanya lambang kemampuan teknis, tapi juga simbol kekuatan deterent.
Jika dahulu Israel secara sepihak dapat melancarkan serangan pendahuluan ke berbagai negara seperti Irak dan Suriah, kini serangan semacam itu tak lagi bisa dilakukan tanpa resiko.
Sebab terbukti dalam perang terakhir bahkan hingga hari terakhir pertempuran, Iran tetap sanggup meluncurkan rudal dengan akurasi tinggi memaksa Israel dan Amerika Serikat mempertimbangkan gencatan senjata.
Tinggalkan komentar