Beritalk, Cianjur – Warga Israel kini mendorong Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk segera menghentikan perang di Gaza. Bahkan meski itu berarti membuat kesepakatan dengan Hamas.
Jajak pendapat terbaru yang dirilis Channel 12 mengungkap bahwa sekitar 74% warga Israel termasuk 60% pendukung koalisi pemerintah mendukung kesepakatan pembebasan seluruh Sandra asal Israel sebagai imbalan dari dihentikannya perang di Gaza.
Di sisi lain, hanya 8% warga Israel yang menyetujui usulan Benjamin Netanyahu untuk menyepakati pembebasan setengah Sandra terlebih dahulu dan melanjutkan negosiasi genjatan senjata secara bertahap.
Survei ini juga memperlihatkan ketidakpercayaan publik terhadap motif Netanyahu.
Sebanyak 49% warga Israel responden menilai alasan Netanyahu bersih keras pada kesepakatan bertahap semata-mata karena kepentingan politik.
Sementara hanya 36% warga Israel percaya itu demi keamanan nasional. Sikap Netanyahu ini semakin mengundang kritik termasuk dari kalangan keluarga Sandra.
Setelah ia menyatakan bahwa kesepakatan komprehensif dengan Hamas tidak pernah menjadi opsi pemerintah.
Tak hanya soal perang, ketidakpuasan terhadap performa Netanyahu dalam menangani situasi di Gaza juga mencuat.
Sekitar 55% warga Israel responden menilai kinerjanya buruk. Hanya 41% yang menilainya baik. Mantan Menteri Pertahanan Israel, Yof Kart juga dinilai mengecewakan oleh 52% warga. Sedangkan Kepala Staf IDF Eyal Zamir mendapat citra positif dengan 62% penilaian baik.
Tekanan terhadap Netanyahu meningkat setelah isu mengenai kemungkinan dirinya mundur demi menghentikan kasus korupsi ikut mencuat.
Sebanyak 55% responden setuju Netanyahu sebaiknya mundur termasuk 27% pendukung koalisi. Isu yang paling mempengaruhi pilihan warga dalam pemilu mendatang adalah ekonomi dan biaya hidup, disusul konflik di Gaza, kebijakan wajib militer untuk komunitas ultraodoks Haredi, serta perpecahan internal negara.
Sementara itu, di kubu oposisi mantan perdana menteri Naftali Bennett muncul sebagai kandidat terkuat untuk memimpin blok anti Netanyahu.
Sebanyak 35% responden menyatakan dukungan terhadap Naftali Bennett mengungguli tokoh lain seperti Benny Gans, Yair Lapit, dan Avikdor Liberman.
Meski tidak memiliki pemimpin resmi, partai-partai oposisi kini didorong untuk bersatu membentuk koalisi demi mempersiapkan pemilu yang dijadwalkan Oktober 2026 atau lebih cepat jika pemerintahan Netanyahu tombak.
Di tengah tekanan dari publik, kelompok ultraodoks tetap menuntut pengecualian wajib militer. Sementara partai-partai sayap kanan mengancam menarik dukungan jika perang dihentikan.
Di balik layar, laporan menyebut Netanyahu tengah menjalin komunikasi dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membahas penyelesaian konflik Gaza, peluang hidupnya solusi dua negara, dan upaya menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi dan Suriah.
Tinggalkan komentar